Sabtu, 28 Februari 2015

MEMAHAMI KERAGAMAN



1.      KERAGAMAN SEBAGAI SUMBER KONFLIK
A.    Konflik Sosial Bernuansa SARA
Konflik SARA ini terjadi akibat perbedaa n suku bangsa, bahasa, ras, agama, kedaerahan, adat istiadat, dan budaya yang berpotensi mengancam integrasi Nasional. Salah satu contoh dari konflik sosial yang bernuansa SARA ini adalah perang Sampit. Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
B.     Primodialisme dan Politik Aliran
Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya. Di bidang politik, muncul kecenderungan terjadinya politik aliran, yaitu kegiatan politik praktis anggota masyarakat yang didorong oleh sentimen primordial.  Pada saat ini, kecenderungan politik aliran tercermin dari pembentukan berbagai partai-partai berbasis agama yang ada di Indonesia, seperti PKS, PDS, PBB, PPP, dan Partai Krisna.
C.    Sikap Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan buaya dan adat istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme dan dapat mendorong terjadinya sikap Xenophobia, yaitu perasaan kebencian terhadap orang asing yang berlebihan. Selain memiliki dampak negatif, sikap Etnosentrisme juga memiliki dampak positif untuk meningkatkan rasa nasionalisme pada suatu bangsa. Contoh positif sikap Etnosentrisme adalah pada saat terjadinya sengketa masalah kepulauan Ambalat di Kalimantan Selatan yang diklaim sebagai daerah Malaysia. Semenjak itu, muncul gelombang unjuk rasa yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat yang menuntut ketegasan pemerintah untuk menyelesaikan kasus tersebut.

2.      KERAGAMAN SEBAGAI ASET
Keberhasilan dari semboyan Bhineka Tunggal Ika salah satunya adalah mengikat keragaman budaya Indonesia sebagai aset bangsa. Indonesia patut berbangga karena berkat ragam budaya yang dimilikinya, negara ini terkenal menjadi bangsa yang utuh bersatu.
Berkat 34 propinsi dan sekitar 700 suku daerah yang dimilikinya, Indonesia bisa memiliki budaya yang beragam sehingga menambah perbendaharaan aset bangsa. Keragaman budaya tersebut tentu saja membawa dampak positif bagi kehidupan rakyat Indonesia yaitu meningkatnya kesejahteraan sosial dan citra yang baik menyangkut hubungan internasional.

A.    Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan adalah hasil cipta dan karsa manusia. Negara tanpa kebudayaan, sama halnya negara tanpa identitas. Kebudayaan nasional Indonesia telah dijadikan sebagai identitas bangsa berdasarkan ketetapan Tap MPR No. II tahun 1998. Kebudayaan Indonesia tercipta dari budaya daerah yang beragam dan kebudayaan baru yang terbentuk karena proses asimilasi atau pertukaran di dalamnya.
Kebudayaan Indonesia atau di sebut juga kebudayaan nasional juga tercermin melalui 3 perwujudan budaya daerah, antara lain: pengetahuan akar budaya asal, perilaku masyarakat daerah, dan adat istiadat yang masih berlaku. Perwujudan kebudayaan  daerah juga banyak mempengaruhi khasanah budaya nasional.
Dibawah ini hasil-hasil kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional dan beberapa contohnya yang sudah tak asing lagi di masyarakat, antara lain :
  Bahasa , contoh: bahasa Betawi, Jawa dan Sunda.
  Rumah Adat, contoh: rumah Joglo dari Jawa dan rumah Gadang suku Minang.
  Upacara Adat, contoh: upacara Ruwatan pada suku Jawa dan ngaben di Bali.
  Tarian tradisional, contoh: tari Kecak dari Bali dan Jaipong milik suku Sunda.
  Lagu , contoh: Bubuy bulan dari Jawa Barat dan rasa Sayange dari Maluku.
  Musik, contoh : Gamelan dari Jawa Tengah dan Angklung dari Jawa Barat.
  Seni Rupa, contoh: Wayang dari Jawa dan patung dari Bali.
  Seni Suara, contoh: Sinden dari Jawa.
  Seni Sastra, contoh: Pantun dari Sumatera.
  Pakaian Adat, contoh: Kebaya dari Jawa dan baju Kurung dari Sumatera.
   Makanan, contoh: Rendang Padang dan Pempek Palembang.

B.     Warisan Budaya
Warisan atau peninggalan budaya adalah salah satu aset bangsa yang harus di jaga dan dilestarikan oleh segenap bangsa, demi menghindari adanya pencurian dan pengalihan yang diakui pihak asing. Indonesia pun pernah kecolongan tentang hal ini , seperti Batik dan Reog Ponorogo yang pernah diakui dari Malaysia.
Beruntungnya pemerintah Indonesia cepat tanggap dengan mendaftarkan warisan budayanya ke UNESCO yaitu badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Berikut adalah warisan budaya Indonesia yang telah diakui, yaitu: Candi Borobudur dan Prambanan yang disetujui pada tahun 1991, Situs Sangiran(1996), Wayang(2003), Keris(2005), Batik(2009), Angklung(2010). Selain itu Taman Nasional seperti Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lorentz Papua dan Hutan Hujan Tropis Sumatera telah disetujui pula oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia. Banyaknya warisan budaya yang telah diakui oleh dunia internasional, membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia, yaitu adanya peningkatan industri pariwisata sehingga menambah devisa bagi negara. Namun semua itu tentu saja berkat kerja sama yang baik antara pemerintah dan rakyatnya yang telah menjaga dan melestarikan keragaman budaya Indonesia sebagai aset bangsa.

ISBDSEBAGAIALTERNATIFPEMECAHAN MASALAH SOSIAL DAN BUDAYA
ISBD sebagai integerasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan kosep-konsep budaya kepada mahasiswa, sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.

1. Manusia dan Masalahnya

Setiap manusia memiliki masalah dan yang membedakan nya adalah volume dan jenis masalahnya. Manusia dapat dikatakan dewasa jika mampu menyikapi masalah – masalahnya.
Manusia memiliki masalah sosial, masalah sosial adalah suatu kondisi dimana terganggunya sebagian besar kehidupan masyarakat dan perlu dicari jalan pemecahannya.

Manusia memiliki masalah karena :

Perkembangan budaya, budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal, moral, sopan, tata krama. Sedangkan daya adalah unsur perbuatan jasmani/ kekuatan/ kemampuan untuk cipta, rasa, karya, karsa. Jadi perkembangan budaya adalah perkembangan akal, moral, kesopanan , tata krama dalam perbuatan jasmani agar mampu menciptakan, merasakan, membuat karya yang mampu digunakan oleh manusia itu sendiri.

Budaya dibagi menjadi :
1.Fisik
Semua budaya yang berbentuk benda.
2.Non fisik
Berupa aturan, norma, adat – istiadat, sistem sosial. Proses terjadinya aturan, norma, adat – istiadat atas dasar kesepakatan masyarakat setempat dan tidak bersifat universal. Akal yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya.

Dalam ISBD juga mempelajari sistem sosial. Sistem sosial adalah seperangkat aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, yang kadang berbenturan juga dengan budaya. Benturan budaya itu adalah priksi budaya ( karena memaksakan budaya/ norma/ kita dengan budaya/ norma orang lain.
Selain itu ISBD juga mempelajari mengenai sanksi. Intinya sanksi itu bersifat menyakitkan.

Sanksi terbagi menjadi :
1.Moral
Hati nurani yang dibayangi rasa bersalah dan berdosa.
2.Sosial
Sanksi dikucilkan masyarakat.
3.Hukum / fisik
Apabila melakukan pelanggaran aturan, norma, adat maka akan diproses dipengadilan dan dipenjara (KUHAP).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar