Sabtu, 28 Maret 2015

HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA



1. Makna Keragaman Manusia
Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak macam, banyak jenis.
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam ras,suku,agama,budaya,ekonomi,status sosial,jenis kelamin,jenis tempat tinggal. Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman dalam masyarakat. Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia,baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.


B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA
Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,beraneka,berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk (plural society) pertama kali dikenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik. Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda waktu itu dalam pengelompokkan komunitasnya didasarkan atas ras,etnik,ekonomi,dan agama.
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua hal,yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku
4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1. Penghasilan atau ekonomi
2. Pendidikan
3. Pemukiman
4. Pekerjaan
5. Kedudukan sosial politik.
Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras,etnik,agama,pekerjaan,penghasilan,pendidikan,dan sebagainya.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier,antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan ketegori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah,rambut,tinggi badan, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut atau berdasarkan cirri fisik biologis.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok,yaitu Kaukasoid,Negroid,dan Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990) membagi ras dunia ini dalam 10 kelompok,yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia, Melanisia, Micronesia, Ainu, Dr

PERADABAN


 2.1  Pengertian Adab dan Peradaban
Menurut Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.[1]
Adab erat hubungannya dengan:
·         Moral yaitu nilai – nilai dalam masyarakat yang hubungannya dengan kesusilaan
·         Norma yaitu aturan, ukuran atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu yang baik atau salah.
·         Etika yaitu nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingksh laku manusia.
·         Estetika yaitu berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, kesatuan, keselarasan dan kebalikan.
Menurut Fairchild sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban” adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya.[2]
Menurut Bierens De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik dan teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk  kegunaan yang praktis, sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih murni diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan masyarakat.
Menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian.[3] Dengan demikian “peradaban” adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang telah maju. Masyarakat tersebut dapat dikatakan telahmengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks.
2.2  Pengertian Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Manusia disamping sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial budaya, dimana saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai makhluk Tuhan manusia memiliki kewajiban mengabdi kepada Sang Kholik, sebagai makhluk individu manusia harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai makhluk sosial budaya manusia harus hidup berdampingan dengan manusia lain dalam kehidupan yang selaras dan saling membantu.
Manusia sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai  tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang bertanggungjawab adalah manusia yang dapat menyatakan bahwa tindakannya itu baik dalam arti menurut norma umum.
Untuk menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan inilah sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia beradab.
2.3  Evolusi dan Tahapan-tahapan Peradaban

Menurut Alfin Tofler tahapan peradaban dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu :
1.      Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam (revolusi agraris).
2.      Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang (revolusi industri).
3.      Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dengan komputer atau alat komunikasi digital.
Menurut John Naisbitt mengemukakan bahwa era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
1.      Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat.
2.      Masyarakat takut sekaligus memuja teknologi.
3.      Masyarakat mengaburkan perbedaan antar yang nyata dan yang semu.
4.      Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
5.      Masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan, dan
6.      Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.

2.5  Wujud Peradaban
Peradaban adalah wujud kebudayaan sebagai hasil kreatifitas manusia baik yang bersifat materiil berupa benda-benda yang kasat mata dan dapat diraba, seperti candi borobudur, bangunan gedung atau rumah, mobil, perlatan kerja, dan sebagainya, maupun yang bersifat non – materiil dalam bentuk nilai, moral, norma, dan estetika.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan yang bersifat non – materiil, seperti adat sopan santun pergaulan dalam menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa memegang teguh nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan didalam hidu manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak – gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.[11]
Etika merupakan suatu ajaran yang melakukan refleksi kritis atas norma ajaran moral. Tugas etika adalah mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia.
Secara dikotomisada etika deskriptif yang berusaha mengkaji secara kritis dan rasional tentang sikap dan pola perilaku manusia, dan apa yang dikerjakan oleh manusia dalam hidup sebagai sesuatu yang bernilai. Sedangkan etika normatif adalah berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia (berupa norma-norma).
Menurut Th. L. Vanhoeven (dalam Oman Sukmana), norma berasal dari kata “normalis”, yang berarti menurut petunjuk, kaidah, kebiasaan, kelaziman, patokan, standart, ukuran.[12] Norma – norma mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda – beda, yaitu :[13]
1.      Folkways, yakni norma-norma yang berdasar kebiasaan atau kelaziman dalam tradisi, dan apabila dilanggar tidak ada sanksinya, tetapi hanya dianggap aneh dan menjadi sasaran pembicaraan umum saja.
2.      Mores (tata kelakuan), yakni norma moral yang menentukan suatu kelakuan tergolong benar atau salah, baik atau buruk. Individu yang melanggar mores akan dihukum.
Moral adalah nilai – nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup secara baik sebagai manusia, dan sekaligus merupakan petunjuk kongkrit yang siap pakai tentang bagaimana seseorang itu harus hidup.
Dalam realitas budaya pengembangan kebudayaan dikembangkan melalui nilai – nilai estetika yang tidak terlepas dari nilai – nilai etika, moral, norma dan hukum yang berlaku.
Secara etimologis istilah “estetika” berarti “teori tentang ilmu penginderaan”. Tetapi kemudian diberi pengertian yang dapat diterima lebih luas ialah “teori tentang keindahan dan seni”.[14]
Manusia memiliki sensibilitas esthethis, karena itu manusia tak dapat dilepaskan dari keindahan. Manusia membutuhkan keindahan dalam kesempurnaan (keutuhan) pribadinya. Tanpa estetika ini, kemanusiaan tidak lagi mempunyai perasaan dan semua kehidupan akan menjadi steril.


Rabu, 11 Maret 2015

PERSONALITY (Prof. Dr. KOENTJARANINGRAT)



1. Definisi
Kepribadian  adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu (yang berada pada setiap individu).
            Dalam bahasa populer istilah “kepribadian” juga berarti “ciri-ciri watak yang konsisten”, sehingga seorang individu memiliki suatu identitas yang khas. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan bahwa seseorang memiliki kepribadian, yang dimaksudkan ialah bahwa individu  tersebut memiliki beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara konsisten dan konsekuen, yang menyebabkan bahwa ia memiliki identitas yang berbeda dari individu-individu lainnya.
Adapun pengertian kepribadian menurut  Prof. Dr. Koentjraningrat dalam bukunya “Pengantar Antropologi I” adalah “susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.”

2. Unsur-unsur Kepribadian
1.      Pengetahuan
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Di otak, berbagai macam proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi. Hal tersebut menyebabkan berbagai macam getaran dan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Ini lah yang disebut dengan ‘persepsi’. Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-unsur ‘pengetahuan’ bagi individu yang sadar.
2.         Perasaan
Ternyata selain segala macam pengetahuan, “Perasaan” juga mengisi penuh alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negatif.
Suatu perasaan yang selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian tadi, biasanya menimbulkan suatu “kehendak” dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu bisa juga positif (individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya sebagai suatu hal yang akan memberikan kenikmatan) atau bisa juga negatif (individu tersebut hendak menghindari hal yang dirasakannya membawa perasaan tidak nikmat). Suatu kehendak dapat menjadi lebih besar dan sangat keras, perasaan ini disebut “emosi”.
3.         Dorongan Naluri
Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengetahuannya, tetapi karena sudah terkandung dalam organnya. Kemauan tersebut umumnya disebut ‘dorongan’ (drive). Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu: Dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk upaya mencari makan, dorongan untuk bergaul atu berinteraksi sesama manusia, dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya, dorongan untuk berbakti, serta dorongan akan keindahan.

3. Materi dari Unsur-unsur Kepribadian
Seorang ahli Etnopsikologi bernama A. F. C. Wallace membuat suatu kerangka yang memuat tiga hal tentang seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran usur-unsur kepribadian manusia secara sistematis, yaitu:
1.      Beragam kebutuhan biologi, dorongan psikologis, maupun kebutuhan dan dorongan akan keduanya dapat dipenuhi (bernilai positif) ataupun tidak dapat dipenuhi (bernilai negatif).
2.      Beragam kebutuhan akan identitas diri sendiri baik fisik maupun psikologis, dan segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam kategori manusia, binatang, tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan gejala alam.
3.      Berbagai cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau mempergunakan beragam kebutuhan tersebut, sehingga tercapai keadaan yang memuaskan dalam kesadaran individu yang bersangkutan.

4. Macam-macam Kepribadian
1.      Macam-macam Kepribadian Individu
Berbagai isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, dan keinginan pribadi, serta perbedaan hubungan menyababkan keragaman struktur kepribadian pada setiap manusia.
2.      Kepribadian Umum
      Metode penelitian kepribadian umum dengan cara mempelajari adat istiadat pengasuhan anak-anak dalam suatu kebudayaan, terutama dikembangkan oleh Margaret Mead dan dimuat dalam buku-bukunya berjudul “Growing Up in New Guinea, Children and Ritual in Bali.”
3.      Kepribadian Barat dan Kepribadian Timur
     Pandangan hidup manusia yang hidup dalam kebudayaan-kebudayaan Eropa Barat  disebut Kepribadian Barat. Ketika para pengarang Eropa berkenalan dengan kebudayaan-kebudayaan lain di Asia seperti kebudayaan Parsi, kebudayaan Thai, kebudayaan  Jepang, atau kebudayaan Indonesia (semua kebudayaan bukan Eropa Barat), maka pandangan hidup dan kepribadian manusia  yang hidup di dalam kebudayaan-kebudayaan tersebut dinamakan kepribadian Timur. 
    Kepribadian Timur mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran prelogis, keramah-tamahan, dan kehidupan sosial. Sebaliknya kepribadian Barat mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan material, pikiran logis, hubungan berdasarkan asas guna, dan individualisme. Namun sebenarnya, kontras antara kedua konsep tersebut bersifat relatif.

Minggu, 08 Maret 2015

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, SOSIAL, POLITIK, EKONOMI, PSIKOLOGI, HUKUM DAN BUDAYA



1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
   Individu berasal dari kata in devided. Dalam bahasa inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatua. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
   Manusia lahir sebagai makhluk individu yang bermakna tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun secara rohani ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakn satu kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.
   Dalam Perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya termasuk kemampuan kecakapannya. Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan dan cita-cita berbeda satu sama lain.
WHAT IS PERSONALITY ????
Personality adalah susunan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu. atau ciri-ciri watak seorang individu yang meberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khas.
Unsur-Unsur Personlity :
1. Pengetahuan 
(segala sesuatu yang kita ketahui sebagai hasil penggunaan panca indra)
   -Persepsi 
(seluruh proses akal manusia yang sadar)
   -Apersepsi 
(penggambaran oleh manusia yang terfocus pada bagian-bagian khusus,diolah oleh akal fikiran digabungkan dengan penggamaran lama lalu diproyeksikan sebagai penggambaran baru dengan pengertian baru)
   -Pengamatan
(pemusatan akal yang lebih intensif)
   -Konsep
(penggambaran abstrak)
   -Fantasi
2. Perasaan
(suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuanya dinilainya sebagai keadaan positif atau negatif)
3. Drive (dorongan) :
    - Doronan untuk mempertahankan hidup
    - Sex
    - Mencari makan 
    - Berinteraksi
    - Meniru
    - Berbakti
    - Keindahan 

2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL 
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergabung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lainnya. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. 
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu :
a. Manusia tunduk kepada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
e. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai berikut :
1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
2. Membentuk kelompok sosial.
3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi :
a. Kesadaran akan ketidakberdayaan manusia bila seorang diri.
b. Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
c. Penghargaan akan hak-hak orang lain.
d. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku. 

3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK POLITIK 
Manusia sebagai makhluk politik manusia selalu membutuhkan orang lain dan memiliki strategi dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan. Allah telah memberikan watak agresif yang alami bagi setiap makhluk. Manusia diberikan kemampuan berpikir. Dengan akal nya manusia bisa mempertahankan hidupnya. Maka dari itu, timbulah suatu cara agar manusia dapat memeuhi keinginannya dan bisa bersaing mengalahkan orang lain yang dinamakan dengan politik. Dengan politik manusia bisa merencanakan dan menyusun strategi dalam bertindak. karena manusia tidak lepas dari yang namanya politik, maka dari itu manusia dinamakan sebagai makhluk politik. ciri manusia sebagai makhluk politik dapat kita lihat bahwa dalam kehidupan manusia selalu ditandai dengan adanya penentuan atas pilihan-pilihan dalam menjalani hidupnya. Dalam kehidupan tak jarang manusia memiliki suatu keinginan yang sama. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, maka manusia memeinkan peranannya sebagai makhluk yang memilih untuk menentukan bagaiman caranya untuk merealisasikan keinginan tersebut.


4. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK EKONOMI
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsibarang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan manusia dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan inilah yang menunjukan kedudukan manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus). Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Kita harus bijaksana dalam memenuhi kebutuhan. Setiap kebutuhan menuntut pemenuhan namun dalam memenuhi kebutuhan itu, kita harus memperhatikan kemampuan kita, kita harus mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai makhluk ekonomi yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan dengan memperhatikan nilai-nilai agama, norma sosial, tidak merugikan orang lain, menggunakan sumber daya alam secara selektif, serta memperhatikan kelestarian lingkungan.

5. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PSIKOLOGI
Manusia adalah makhluk psikologi yang memiliki bawaan universal , unik dan terus dikaji oleh para ahli humaniora. Kita mengakui sebagai manusia tapi terkadang kita sering lupa bahwa kita adalah manusia. Siapakah kita dan bagaimana kita memfungsikan kemanusiaan kita agar kita layak disebut manusia. Manusia adalah insan bila dilihat dari sudut pandang psikologinya. Kenapa manusia disebut insan ??? insan dalam bahasa arab menunjukan manusia sebagai makhluk psikologi, kata insan sendiri berasal dari tiga kata : unsur bermakna mesra, harmoni, jinak, tampak. Nasa Yanus bermakna terguncang, stres. Nasiya Yansa bermakna lupa. Bila kita menyatukan tiga asal kata tadi menjadi sebuah definisi maka manusia bila ditinjau dari sisi psikologisnya adalah makhluk yang memiliki harmoni jiwa, cinta, benci, jinak, terkadang stres dan sering lupa.
Kita mungkin sering mendapati manusia dalam 2 bentuk yaitu :
1. Manusia Baik
2. Manusia Jahat
Kita pun pernah mengalami keterkaitan atau bahkan sesekali kita mengginginkan sesuatu yang berunsur karakter hewan. Kenapa itu bisa terjadi dan bagaimana cara menyikapi gejolak-gejolak yang tidak manusiawi dalam diri kita. 
6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HUKUM
Manusia dan hukum adalah dua etnis yang tidak bisa di pisahkan, karena manusia hidup bermasyarakat dan dalam setiap pembentukan masyarakat, akan selalu di butuhkan hukum sebagai segmen perekat atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat.
Masyarakat memiliki kepentingan masing-masing, hal ini akan mendorong manusia untuk saling berkompetisi dan mengalahkan antar sesamanya yang dapat menimbulkan kekacauan seperti terciptanya suatu tatanan masyarakat namun terdapat satu pemerintahan yang sewenang-wenang sehingga etiap individu merasa terancam ekistensinya,
Hukum berfungsi untuk menciptakan keteraturan dengan mencegah atau mengatasi kekacauan di atas. Hukum menciptakan norma equality yaitu mengatasi kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan agar dapat bertemu secara seimbang dan agar proses tawar menawar di antara kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan tersebut berjalan seimbang.
Penyeimbanggan kedudukan kepentingan tersebut antara lain:
1. Bagi mereka yang di pihak lemah secara sumber daya kekuatan sosial-ekonomisnya mendapat perlindungan atas hak-hak mereka.
2. Bagi mereka yang di pihak kuat dayanya di batasi kekuasaannya dengan cara penciptaan norma-norma interatif yang bersifat implisit seperti pembebanan kewajiban-kewajiban tertentu.
3. Diciptakan norma penyeimbang hak dan kewajiban di dalam masing-masing kepentingan di namakan istilah keadilan.

7. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA
Manusia sebagai makhluk berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakekatnya adalah sesuatu yang baik, benar, dan adil, maka hanya  manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar “Manusia Berbudaya”.
  1. Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh umat manusia.
  2. Kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar.
  3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Sabtu, 28 Februari 2015

MEMAHAMI KERAGAMAN



1.      KERAGAMAN SEBAGAI SUMBER KONFLIK
A.    Konflik Sosial Bernuansa SARA
Konflik SARA ini terjadi akibat perbedaa n suku bangsa, bahasa, ras, agama, kedaerahan, adat istiadat, dan budaya yang berpotensi mengancam integrasi Nasional. Salah satu contoh dari konflik sosial yang bernuansa SARA ini adalah perang Sampit. Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
B.     Primodialisme dan Politik Aliran
Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya. Di bidang politik, muncul kecenderungan terjadinya politik aliran, yaitu kegiatan politik praktis anggota masyarakat yang didorong oleh sentimen primordial.  Pada saat ini, kecenderungan politik aliran tercermin dari pembentukan berbagai partai-partai berbasis agama yang ada di Indonesia, seperti PKS, PDS, PBB, PPP, dan Partai Krisna.
C.    Sikap Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan buaya dan adat istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme dan dapat mendorong terjadinya sikap Xenophobia, yaitu perasaan kebencian terhadap orang asing yang berlebihan. Selain memiliki dampak negatif, sikap Etnosentrisme juga memiliki dampak positif untuk meningkatkan rasa nasionalisme pada suatu bangsa. Contoh positif sikap Etnosentrisme adalah pada saat terjadinya sengketa masalah kepulauan Ambalat di Kalimantan Selatan yang diklaim sebagai daerah Malaysia. Semenjak itu, muncul gelombang unjuk rasa yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat yang menuntut ketegasan pemerintah untuk menyelesaikan kasus tersebut.

2.      KERAGAMAN SEBAGAI ASET
Keberhasilan dari semboyan Bhineka Tunggal Ika salah satunya adalah mengikat keragaman budaya Indonesia sebagai aset bangsa. Indonesia patut berbangga karena berkat ragam budaya yang dimilikinya, negara ini terkenal menjadi bangsa yang utuh bersatu.
Berkat 34 propinsi dan sekitar 700 suku daerah yang dimilikinya, Indonesia bisa memiliki budaya yang beragam sehingga menambah perbendaharaan aset bangsa. Keragaman budaya tersebut tentu saja membawa dampak positif bagi kehidupan rakyat Indonesia yaitu meningkatnya kesejahteraan sosial dan citra yang baik menyangkut hubungan internasional.

A.    Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan adalah hasil cipta dan karsa manusia. Negara tanpa kebudayaan, sama halnya negara tanpa identitas. Kebudayaan nasional Indonesia telah dijadikan sebagai identitas bangsa berdasarkan ketetapan Tap MPR No. II tahun 1998. Kebudayaan Indonesia tercipta dari budaya daerah yang beragam dan kebudayaan baru yang terbentuk karena proses asimilasi atau pertukaran di dalamnya.
Kebudayaan Indonesia atau di sebut juga kebudayaan nasional juga tercermin melalui 3 perwujudan budaya daerah, antara lain: pengetahuan akar budaya asal, perilaku masyarakat daerah, dan adat istiadat yang masih berlaku. Perwujudan kebudayaan  daerah juga banyak mempengaruhi khasanah budaya nasional.
Dibawah ini hasil-hasil kebudayaan daerah yang menjadi kebudayaan nasional dan beberapa contohnya yang sudah tak asing lagi di masyarakat, antara lain :
  Bahasa , contoh: bahasa Betawi, Jawa dan Sunda.
  Rumah Adat, contoh: rumah Joglo dari Jawa dan rumah Gadang suku Minang.
  Upacara Adat, contoh: upacara Ruwatan pada suku Jawa dan ngaben di Bali.
  Tarian tradisional, contoh: tari Kecak dari Bali dan Jaipong milik suku Sunda.
  Lagu , contoh: Bubuy bulan dari Jawa Barat dan rasa Sayange dari Maluku.
  Musik, contoh : Gamelan dari Jawa Tengah dan Angklung dari Jawa Barat.
  Seni Rupa, contoh: Wayang dari Jawa dan patung dari Bali.
  Seni Suara, contoh: Sinden dari Jawa.
  Seni Sastra, contoh: Pantun dari Sumatera.
  Pakaian Adat, contoh: Kebaya dari Jawa dan baju Kurung dari Sumatera.
   Makanan, contoh: Rendang Padang dan Pempek Palembang.

B.     Warisan Budaya
Warisan atau peninggalan budaya adalah salah satu aset bangsa yang harus di jaga dan dilestarikan oleh segenap bangsa, demi menghindari adanya pencurian dan pengalihan yang diakui pihak asing. Indonesia pun pernah kecolongan tentang hal ini , seperti Batik dan Reog Ponorogo yang pernah diakui dari Malaysia.
Beruntungnya pemerintah Indonesia cepat tanggap dengan mendaftarkan warisan budayanya ke UNESCO yaitu badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Berikut adalah warisan budaya Indonesia yang telah diakui, yaitu: Candi Borobudur dan Prambanan yang disetujui pada tahun 1991, Situs Sangiran(1996), Wayang(2003), Keris(2005), Batik(2009), Angklung(2010). Selain itu Taman Nasional seperti Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lorentz Papua dan Hutan Hujan Tropis Sumatera telah disetujui pula oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia. Banyaknya warisan budaya yang telah diakui oleh dunia internasional, membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia, yaitu adanya peningkatan industri pariwisata sehingga menambah devisa bagi negara. Namun semua itu tentu saja berkat kerja sama yang baik antara pemerintah dan rakyatnya yang telah menjaga dan melestarikan keragaman budaya Indonesia sebagai aset bangsa.

ISBDSEBAGAIALTERNATIFPEMECAHAN MASALAH SOSIAL DAN BUDAYA
ISBD sebagai integerasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan kosep-konsep budaya kepada mahasiswa, sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.

1. Manusia dan Masalahnya

Setiap manusia memiliki masalah dan yang membedakan nya adalah volume dan jenis masalahnya. Manusia dapat dikatakan dewasa jika mampu menyikapi masalah – masalahnya.
Manusia memiliki masalah sosial, masalah sosial adalah suatu kondisi dimana terganggunya sebagian besar kehidupan masyarakat dan perlu dicari jalan pemecahannya.

Manusia memiliki masalah karena :

Perkembangan budaya, budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal, moral, sopan, tata krama. Sedangkan daya adalah unsur perbuatan jasmani/ kekuatan/ kemampuan untuk cipta, rasa, karya, karsa. Jadi perkembangan budaya adalah perkembangan akal, moral, kesopanan , tata krama dalam perbuatan jasmani agar mampu menciptakan, merasakan, membuat karya yang mampu digunakan oleh manusia itu sendiri.

Budaya dibagi menjadi :
1.Fisik
Semua budaya yang berbentuk benda.
2.Non fisik
Berupa aturan, norma, adat – istiadat, sistem sosial. Proses terjadinya aturan, norma, adat – istiadat atas dasar kesepakatan masyarakat setempat dan tidak bersifat universal. Akal yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya.

Dalam ISBD juga mempelajari sistem sosial. Sistem sosial adalah seperangkat aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, yang kadang berbenturan juga dengan budaya. Benturan budaya itu adalah priksi budaya ( karena memaksakan budaya/ norma/ kita dengan budaya/ norma orang lain.
Selain itu ISBD juga mempelajari mengenai sanksi. Intinya sanksi itu bersifat menyakitkan.

Sanksi terbagi menjadi :
1.Moral
Hati nurani yang dibayangi rasa bersalah dan berdosa.
2.Sosial
Sanksi dikucilkan masyarakat.
3.Hukum / fisik
Apabila melakukan pelanggaran aturan, norma, adat maka akan diproses dipengadilan dan dipenjara (KUHAP).